Artikel Ttg Pustaka ( Perpustakaan Yang Menggairahkan )

PERPUSTAKAAN YANG MENGGAIRAHKAN
Pada awal abad ini, dunia pendidikan Indonesia masih dihadapkan pada beberapa persoalan yang menonjol, yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan fasilitas pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas pembelajaran; (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, (4) belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan pendidik.
 
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tercermin dari hasil studi yang dilaksanakan oleh organisasi International Educational Achievement (IEA). Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara dan kemampuan matematika siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara. Pemerintah terus mencari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengembangkan kurikulum yang sejalan dengan perkembangan di tingkat lokal, nasional maupun global.
 
Pengembangan kurikulum tersebut terwujud dengan diterapkannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di semua jenjang sekolah mulai tahun ajaran 2009/2010. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
 
KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan paradigma baru terhadap sistem pendidikan yang sedang berjalan selama ini.
 
Karakteristik KTSP tercermin dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Karakteristik KTSP adalah sebagai berikut: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta team-kerja yang kompak dan transparan.
 
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Ada tiga prinsip penting pembelajaran dalam konteks KTSP.
 
Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Struktur kognitif akan tumbuh ketika siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari.
 
Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Sedangkan pengetahuan logika adalah membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Ketiga, pembelajaran dalam konteks KTSP harus melibatkan peran lingkungan sosial.
 
Siswa akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak akan belajar lebih efektif dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman yang memungkinkan mereka berkembang secara optimal. Untuk itu, sekolah memerlukan perpustakaan sebagai sumber belajar yang meleluasakan pendidik dan peserta didik untuk bergairah berpustaka.. Namun, perpustakaan sekolah seringkali mengalami nasib mengenaskan seperti berikut: Perpustakaan seringkali tanpa pengunjung, siswa maupun guru. Perpustakaan hanya buka pada jam istirahat.
 
Guru-guru tidak secara rutin menyuruh siswa-siswi dalam jam kelas ke perpustakaan untuk tugas, atau mencari informasi. Guru-guru jarang mengunjungi perpustakaan dan kurang tahu isinya. Seringkali pengelola perpustakaan adalah guru yang jarang ada di perpustakaan. Pengelola perpustakaan tidak mempromosikan koleksi perpustakaan secara inovatif dan kreatif. Lingkungan sekolah kurang aktif membangun gairah berpustaka. Perpustakaan hanya menjadi gudang buku, bukan samudera ilmu. Tata ruang buku dan perpustakaan tidak menarik. Koleksi perpustakaan tidak up to date.
 
Apabila perpustakaan tetap mengalami nasib seperti di atas, cita-cita KTSP untuk mewujudkan peserta didik yang kompeten di masa depan akan sulit tercapai. Dengan demikian, diperlukan upaya-upaya kreatif dan inovatif untuk mengembangkan perpustakaan sekolah menjadi sumber belajar yang mendukung tertciptanya pembelajaran yang memberdayakan guru dan siswa serta menjadikan perpustakaan sekolah sebagai penggugah gairah berpustaka.
 

PERMASALAHAN
Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang ingin diangkat dalam karya tulis ini adalah: Bagaimana mempromosikan perpustakaan secara kreatif? Bagaimana membangun gairah berpustaka di kalangan guru, siswa, dan masyarakat? Bagaimana mengembangkan koleksi perpustakaan agar selalu up-to-date? TUJUAN Tujuan penulisan karya tulis ini adalah: Menemukan tips kreatif untuk mempromosikan perpustakaan. Menemukan tips kreatif untuk membangun gairah berpustaka di kalangan guru dan siswa. Menemukan tips kreatif untuk mengembangkan koleksi perpustakaan.
 
LANDASAN TEORI
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan nasional. Menurut Bafadal (1996: 30), perpustakaan merupakan unit kerja dari badan atau institusi tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku maupun non-buku yang diatur secara sistematis. Sementara, UU No. 43 Tahun 2007 mengungkapkan bahwa perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi pemustaka.
 
Perpustakaan dapat juga diterjemahkan sebagai pusat data berbagai ilmu pengetahuan. Hakikatnya, perpustakaan merupakan media transformasi kultural, melalui perpustakaan hubungan antara penulis dan pengarang dengan pembaca terasa lebih dekat. Basuki (1991) mengungkapkan bahwa fungsi perpustakaan pada umumnya mencakup:
1) penyimpanan bahan pustaka,
2) pelayanan informasi,
3) rekreasi kultural,
4) pendidikan, dan
5) budaya.
Bahkan sumber lain melengkapinya dengan fungsi penelitian. Berdasarkan pengertian dan fungsi perpustakaan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 2007, salah satu fungsi perpustakaan adalah rekreasi. Fungsi rekreasi yang dimaksud adalah rekreasi kultural. Rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran, dapat juga dikatakan sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Fungsi rekreasi tersebut tentu saja tidak terlepas dari tujuan utama perpustakaan, yaitu melestarikan hasil budaya umat manusia, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia itu kepada generasi-generasi selanjutnya. Pengembangan fungsi rekreasi berarti melengkapi fungsi utama perpustakaan, yaitu agar perpustakaan terasa lebih menarik dan rekreatif .
 
Fungsi rekreasi ini dicapai tidak hanya dengan cara menghadirkan bacaan-bacaan yang menyegarkan, lebih dari itu juga melalui fasilitas gedung yang nyaman dan refresentatif, ruangan dan interior yang mendukung, termasuk menghadirkan berbagai fasilitas seperti ruang dengan home teater untuk media audio visual, musik di ruang baca, serta pelayanan yang ramah dan bersahabat. Kehadiran fungsi rekreasi ini akan membantu memberikan rasa refresh pada pemustaka setiap kali berkunjung. Para pengunjung diharapkan tidak hanya gembira berhasil menggali informasi, tapi juga merasa nyaman, gembira, senang, terhibur, segar, dan ketagihan berkunjung ke perpustakaan.
 
Kenyamanan tersebut juga berperan pada tingkat konsentrasi pengunjung saat berusaha mencerap informasi yang diperoleh di perpustakaan. Perpustakaan sekolah juga bertujuan menyerap dan menghimpun informasi, mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisasi, menumbuhkan kemampuan menikmati pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya pikir, mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara efisien, serta memberikan dasar ke arah pembelajaran mandiri.

  

Komentar